Rabu, 27 April 2011

Aku Ingin Pulang Di Kala Senja


aku mencintai jingga

saat semesta dinaungi semburat yang mempesona

jingga, semesta menjingga

ketika lamat-lamat suara adzan menghitung detak jantung,

mengukir sebuah kata perpisahan kepada hari

wahai senja..

terimalah aku sebagai kabut

setia menantimu menyambut malam

menundukkan hati dalam-dalam hanya untuk Sang Pemilik Alam

meruntuhkan segala penat dan kesenduan

bersujud hanya untuk satu nama teragung

dan ketika jingga menutup tabir untuk hari ini,

aku ingin pulang di kala senja

kembali pada kisahku yang terukir di langit

hening dan abadi.

Tersenyumlah saat kau mengingatku


Tersenyumlah saat kau mengingatku, karena saat itu aku sangat merindukan mu, dan
menangislah saat kau merindukanku, karena saat itu aku gask berada di sampingmu, tetapi
pejamkanlah mata indah mu itu karena sast itu aku akan terasa ada didekat mu, karena aku telah
berada dihati mu untuk selamanya. Tak ada yang tersisa lagi untukku selain kenangan-kenangan
indah bersama mu, mata indah yang dengannya aku biasa melihat keindahan cinta, mata indah
yantg dahulu adalah miliku kini semuanya terasa jauh meninggalkan aku, kehidupan terasa
kosong tanpa keindahan mu. Hati, Cinta, dan rindu adalah milik mu, cinta mu tak kan pernah
membebaskan ku, bagaimana mungkin aku terbang mencari cinta yang lain saat sayap-sayapku
telah patah karena mu, cintamu akan tetap tinggal bersama ku, hingga akhir hayatku dan setelah
kematian, hingga tangan tuhan akan menyatukan kita kembali, betapapun hati telah terpikat
kepada sosok terang dalam kegelapan yang telah menghidupkan sinar hidupku, namun tak dapat
menyinaridan menghangatkan perasaan ku yang sesungguhnya, akun tidak pernah bisa
menemukan menemukan cinta yang lain selain cinta mu, karena mereka tidak tertandingi oleh
sosok dirimu dalam jiwaku, kau tak kan pernah terganti bagi pecahan logam mengekalkan,

kesunyian, kesendirian, dan kesedihan ku, kini aku telahkehilangan.
By : she cHha uUee eea!!!
( Siska St Mulyani TKJ 2)

sayap yang tak pernah patah


Mari kita bicara tentang orang-orang patah hati. Atau kasihnya tak sampai. Atau cintanya tertolak. Seperti sayap-sayap Gibran yang patah. Atau kisah Zainuddin dan Hayati yang kandas ketika kapal Vanderwicjk tenggelam. Atau cinta Qais dan Laila yang membuat mereka “majnun”, lalu mati. Atau jangan-jangan ini juga cerita tentang cintamu sendiri, yang kandas dihempas taqdir, atau layu tak berbalas.

Itu cerita cinta yang digali dari mata air, air mata. Dunia tidak merah jambu disana. Hanya ada Qais yang telah majnun dan menetap di tengah gurun kenestapaan sembari memanggil burung-burung :

O, burung, adakah yang mau meminjamkan sayap
Aku ingin terbang menjemput sang kekasih hati

Mari kita ikut berbelasungkawa untuk mereka. Mereka orang-orang baik yang perlu dikasihani. Atau jika mereka adalah kamu sendiri, maka terimalah ucapan belasungkawaku, dan belajarlah mengasihani dirimu sendiri.
Di alam jiwa, sayap cinta itu sesungguhnya tak pernah patah. Kasih selalu sampai disana. “Apabila ada cinta dihati yang satu, pastilah ada cinta dihati yang lain,” kata Jalaluddin Rumi, “ sebab tangan yang satu takkan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain.”. Mungkin Rumi bercerita tentang apa yang seharusnya. Sementara kita menyaksikan fakta yang lain.
Kalau cinta berawal dan berakhir pada Allah, maka cinta pada yang lain hanya upaya menunjukan cinta pada-NYA, pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki : selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai. Dalam makna memberi itu posisi kita sangat kuat : kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah dan melankolik saat kasih kandas karena takdir-NYA. Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah “pekerjaan jiwa” yang besar dan agung : mencintai.
Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta tertolak, yang sesungguhnya terjadi hanyalah “kesempatan memberi” yang lewat. Hanya itu. Setiap saat kesempatan itu dapat terulang. Selama kita memiliki cinta, memiliki “sesuatu” yang dapat kita berikan, maka persoalan penolakan atau ketidaksampaian jadi tidak relevan. Ini hanya murni masalah waktu. Para pecinta sejati selamanya hanya bertanya : “Apa yang akan kuberikan?” Tentang kepada “siapa” sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder.
Jadi kita hanya patah atau hancur karena kita lemah. Kita lemah karena posisi jiwa kita salah. Seperti ini : kita mencintai seseorang, lalu kita menggantungkan harapan kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya! Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, itu lantas menjadi sumber kesengsaraan. Kita menderita bukan karena kita mencintai. Tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain mencintai kita.
Cinta adalah kata yang mewakili seperangkat kepribadian yang utuh : gagasan, emosi, dan tindakan. Gagasanya adalah tentang bagaimana membuat orang yang kita cintai tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik, dan bahagia karenanya. Ia juga emosi yang penuh kehangatan dan gelora karena seluruh isinya adalah semata-mata keinginan baik. Tapi ia harus mengejewantahkan dalam tindakan nyata. Sebab gagasan dan emosi tidak merubah apapun dalam kehidupan kita kecuali setelah ia menjelma menjadi aksi
Mereka yang ingin menjadi pecinta sejati harus terlebih dahulu membenahi dan mengembangkan kepribadianya. Menggagas bagaimana membuat orang yang kita cintai tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik, mempertahankan “keinginan baik” kepada orang yang kita cintai konstan, dan terus menerus melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk membahagiakan mereka, hanya mempunyai satu makna : itu adalah pekerjaan orang kuat.

Serial Cinta
Anis Matta

http://muaunj.wordpress.com/2011/01/01/sayap-yang-tak-pernah-patah-2/

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Sam vocabular

Total Pageviews

Tequilas Flamejantes

Lorem Ipsum

Followers

Twitter

Author

Future Video

Diberdayakan oleh Blogger.

Texts

Connect With Us

Instructions

Our Site

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Resent Comment

Recomended

Popular Posts

 

Blog Archive

Followers

 

Recent Posts

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger